Skip to main content

Mengejar Jokowi

(Foto Alat Berat pengamanan khusus Presiden. Berhubung enggak dapet foto Pak Jokowi, jadi pasang saja ini haha)

Sesuai judulnya saya mau bercerita soal pengejaran saya terhadap Pak Presiden yang saya hormati, Pak Joko Widodo. Bukan ngejar-ngejar nagih utang, apalagi ngejar-ngejar mau nembak jadi pacar. Tapi ngejar untuk minta jawaban heuheu.


Peristiwanya hari Minggu, 14 Agustus 2016 di Bumi Perkemahan Cibubur. Jadi hari itu akan dilaksanakan pembukaan Jambore Nasional yang akan dibuka langsung oleh Pak Jokowi. Saya ditugasi untuk meliput acara itu. Kebetulan lagi jadi anak magang di CNNIndonesia.com, kanal CNN Student yang isinya soal pendidikan.

Bagi yang belum tahu, Jambore itu sederhananya acara kemah besar yang pesertanya anak Pramuka penggalang seluruh Indonesia, tahun ini pesertanya ada juga dari negara tetangga.

Menurut panitia, Pak Jokowi bakal datang jam 7 pagi, jadi demi beliau saya berangkat pagi buta sekitar setengah 6 pagi dari Jatiwaringin diantar naik sepeda motor ke Buper Cibubur. itu juga untuk menghindari kemacetan, tau sendiri kan kalau presiden datang rombongannya banyaknya kebangetan. Untungnya setengah 7 saya sudah sampai sana, bisa leha-leha siapin tenaga.

Pembukaan Jambore dilaksanakan di lapangan utama Buper Cibubur yang luasnya hampir sama seperti lapangan sepakbola. Disana terlihat lautan Pramuka lengkap seragam coklatnya. Semua media dengan kamera dan mobil OBV nya sudah siap untuk menyiarkan secara live ke seluruh penjuru Indonesia.

Wajar sih banyak media datang, soalnya ada presiden. Ada tv merah, tv biru, tv masa kini, kebetulan saya dapet id media jadi bisa akses sana-sini.

Nyatanya upacara baru dimulai jam 8:40 pagi. Selain Pak Jokowi, ada juga beberapa menteri. Lupa siapa aja, ada Menkopolhukam, Mensesneg, Menpora, Kapolda Metro Jaya, ada Bu Puan juga kalau tidak salah. Adhyaksa Dault juga hadir pastinya sebagai Kak Kwarnas.

Disini Pak Jokowi berperan sebagai pembina upacara. Dan benar-benar baru kali ini saya khidmat sekali dalam mendengar pidato pembina upacara. Pidato Pak Adhyaksa juga. Ya itu semua penting, untuk bahan tulisan haha. Jadi harus dicermati dan diambil sari patinya.

Dan hari itu saya dapat misi tambahan untuk tugas liputan. Selain menulis tentang Jambore Nasional, saya juga diminta cari jawaban soal isu yang lagi beredar ke menteri-menteri dan Pak Jokowi. Kebetulan wartawan dari kanal berita Nasionalnya CNNIndonesia.com tidak ada yang diitugasi disana, jadi saya dobel. Enggak masalah juga sih, lumayan nambah-nambah cerita haha.

Jadi waktu itu sedang ramai dibicarakan soal status kewarganegaraan Menteri ESDM Arcandra. Ya jadi setelah beres acara pembukaan, saya jadi ekor wartawan-wartawan istana. Wartawan istana itu ya wartawan yang ditugasi di istana, dan biasanya kemanapun orang istana (Presiden) pergi mereka pasti ikut. Saya di belakang mereka, karena mereka juga pasti cari info yang sama dengan saya, soal Menteri Arcandra.

Dari lapangan saya pergi ke belakang tribun tempat Presiden bakal keluar. Biasanya dikondisi kaya gitu wartawan akan melakukan wawancara door stop, model nodong gitu lah hahah.

Tapi ternyata di belakang tribun itu sudah banyak paspampres dan pastinya warga (peserta jambore) yang ingin berjumpa presidennya. Meski sudah dibatasi pagar betis oleh tim pengaman pramuka dan paspampres pastinya, tapi tetep aja warga desak-desakan biar bisa paling depan. Daann ketika wartawan istana yang notabene punya akses untuk berdiri di depan mereka jadi tak berdaya.

Waktu wartawan baris di depan warga, nyiapin tripod, nyiapin kamera, eh warga teriak "woy mentang-mentang media, minggir-minggir. Kita juga bayar disini".

FYI : Peserta Jambore itu bayar untuk administrasi pendaftaran, jumlahnya lumayan.

Ya wartawan mah ga bisa apa-apa. Cuma pergi sambil ketawa-ketawa dan ada yang nyeletuk "kita diusir warga". Waktu itu sih saya ngeliatin aja, seru juga hahah.

Wartawan istana pindah lokasi sampai beberapa kali untuk ngejar Pak Jokowi. Dari yang pertama tadi di belakang tribun, lalu ke pertigaan jalan dimana nanti presiden lewat, sampai akhirnya diarahin untuk nunggu di depan gedung dimana presiden transit. Saya waktu itu liputan sendirian, belum dapet kawan jadi wara-wiri masih cengo. Tapi tetep pasang tampang like everything is fine haha.

Ya ikutlah saya kesana, pasang badan baris paling depan. Ya biar bisa paling deket sama Presiden jadi bisa denger statement apapun yang keluar dari mulut beliau. Waktu itu cuma gerombolan wartawan, tak ada warga. Ya longgarlah lumayan.

Lama juga nunggu sampai presiden datang, udah panas, susah sinyal, jadi susah koordinasi sama atasan haha. Mungkin ada sampai setengah jam kami nunggu, sampai akhirnya tokoh utama datang plus pastinya lengkap dengan tim pengamanan.




Penampakan asal jepret dari salah satu Paspampres
Yang tadinya gerombolan wartawan doang, sekarang ditambah paspampres yang bodynya semampai aduhai itu, apa daya badan saya yang mungil ini terdesak ke belakang. Ditambah lagi warga juga ikutan desak-desakan. Da akumah apa atuh cuma upil. Presiden ngomong apa ngga tau, kedengaran juga enggak, keliatan ya cuma dikit, dari sela-sela ketiak orang di depan.

Ini benar-benar pengalaman pertama terjun ke lapangan, yang dikejar tokoh nomor satu nasional, berhadapan paspampres, juga wartawan dari hampir semua media, dan pastinya warga. Udah mah sendiri, badan mungil, ya sudahlah, skip!

Tidak mau pulang tanpa hasil saya coba cari celah, dapet tuh di belakang cameraman tivi, eh saya malah dimarahin 'mba ati-ati dong saya lagi kerja nih, kalau gerak bahaya'. padahal saya juga enggak ngedorong dia, enggak nyentuh dia, enggak berani juga, badannya gede.

Ya saya juga tahu mas, masnya lagi kerja. Saya juga! Tapi itu saya bales dalam hati aja, lah saya mah anak magang belum punya id card karyawan, enggak berani ngelawan hahah.

Saya sih diem aja sama bilang maaf. Tapi untunglah disitu saya bisa liat presiden dan bisa tahu sedikit soal apa yang lagi dia omongin. Jarak saya sama presiden mungkin ada dua meteran. Ternyata beliau masih memberi statement soal acara hari itu, dan juga soal pramuka, soal anak muda juga. Enggak terlalu jelas dari kata per kata tapi yasudahlah mau gimana lagi.

Selesai bicara ada wartawn nanya, ya itu tadi soal kewarganegaraan menteri ESDM. waktu itu presiden enggak mau jawab beliau bilang 'kalau itu biar menteri yang jawab'. Setelah bilang begitu beliau langsung pergi, dan masuk ke ruang transit.

Daannn ternyataa desak-desakan juga bubaarrr. Paspampres pergi, warga juga pergi. Benar-benar ya, yang namanya orang nomor satu di negara pengamanannya warrbyasaah. Setelah paspampres yang badannya ngeri-ngeri kekar itu bubar, saya jadi bisa nimbrung lagi di barisan terdepan, cuma satu meter jarak dari Mensesneg. Beruntung saya bisa ngerekam dan mendengar dengan jelas jawaban beliau. Mission complete!

Hari itu belum selesai, masih ada tugas menghadang. Report harus langsung dikirim ke atasan biar langsung publish di website. Ya namanya juga media online, semua rebutan siapa paling cepat. Waktu itu diminta atasan untuk langsung tulis hasil liputan dalam bentuk artikel. Sempet bingung dan bermeditasi. Ah tidak! cuma mikir sambil bengong sih. Karena selama ini kebiasaan kerja selalu di meja, ngetik pakai komputer. Nah dengan kondisi di laangan begitu, tidak mungkin mencari meja, dan buka komputer. Ada media center tapi jauh dari lokasi saya berada saat itu.

Udah yah enggak ada headset, susah juga dengerin rekaman di tengah keriuhan. tapi ya mau bagaimana lagi. Akhirnya waktu itu langsung bekerja di HP kesayangan. Nulis di note terus dengerin rekaman langsung dari speaker HP. Sebentar dengerin rekaman di telinga, lalu pause, dan nulis di note. Begitu berulang kali sampai beberapa artikel jadi dan siap kirim. Nulis sambil berdiri, liat kanan kiri kali aja ada menteri lewat lagi.

Ini benar-benar kali pertama kerja dengan ritme seperti ini. Dan masalah masih ada lagi. Koneksi internet susah sekali! Entah Cibubur itu sangat terpencil atau terhalang rimbun pepohonan. Sinyal susah di dapat, mau kirim artikel juga tersendat. Ya walaupun lama, untungnya bisa terkirim juga.





Selesai nulis, ada Pak Adhyaksa keluar dari ruang transit mengantar rombongan istana pulang. Wartawan berkerumun untuk wawancara lagi. Pertanyaannya tidak jauh dari konteks acara hari itu. Saya nimbrung aja, enggak ikut nanya. Toh pertanyaan saya juga sama seperti mereka. Sampai pertanyaan terakhir, tv merah mau nanya soal Pilkada Jakarta, tetapi Pak Adhyaksa menolak bicara. Usai juga sesi wawancara dengan mantan Menpora ini.

Pengejaran Pak Jokowi dan rombongan istana selesai disitu. Tapi perjalanan saya masih panjang hari itu. Setelah itu saya bertemu kontingen pramuka dari Malaysia. Ya pastinya saya kepoin mereka, wawancara. Capek juga seharian wara-wiri kesana-kemari. desak-desakan, adu kuat kaki dan lengan. Rangkaian Jambore juga tengah rehat makan siang. Ya saya juga mau istirahat haha.

Panjang ya? Kalau anda sudah mau baca sampai kalimat ini, makasih banyak lho.

Sayangnya saya enggak dapet foto Presiden, cuma ada foto kegiatan dan foto Pak Adhyaksa.

Thanks for reading! Ini link artikel hasil dari pengejaran hari itu :
1. Jokowi Minta Para Pramuka Gunakan Medsos dengan Bijak baca disini
2. Aparat Pemerintah Diminta Perhatikan Pramuka baca disini
3. 9 negara Ramaikan Jambore Nasional baca disini

Comments

Popular posts from this blog

Susu Mama Muda VS Susu Kental Manis

Cerita ini akan saya awali dari perjalanan saya mudik pada 30 Agustus 2017. Saya menaiki kereta api Bengawan dari stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Gombong, Jawa Tengah. Bengawan itu kereta ekonomi, kursinya panjang-panjang yang bisa ditempati tiga orang, posisinya juga saling berhadapan. Jadi, interaksi antar penumpang boleh dibilang jadi cukup dekat selama perjalanan. Karena libur panjang banyak keluarga yang melakukan perjalanan pulang kampung di depan saya duduk Aysilla yang sudah SD dengan ibunya dan di sebelah saya ada Arjuna yang baru 10 bulan bersama kedua orang tuanya. Dari sinilah ide menulis perihal persusuan muncul. Tapi perlu diketahui saya bukan dokter anak, saya bukan mahasiswi kedokteran saya bukan ahli persusuan, saya cuma mahasiswa biasa yang lumayan tergelitik sama kisah persusuan ini. Kamu pasti tahu kan lagu anak-anak yang lirik awalnya berbunyi P ok Ame-Ame ? Nah pas saya gugling ternyata ada banyak versi dari lirik lagu ini, tapi pas saya kecil begi

Jika aku jadi Jurnalis...

Foto Ilustrasi by Pixabay Aku kuliah Ilmu Komunikasi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Salah satu mata kuliah yang harus ku tempuh di semester 4 ini adalah Jurnalistik Public Value. Keren ya namanya! Sebagai permulaan Ibu dosen beri tugas pada kami, menulis artikel tentang 'Jika aku jadi wartawan'. Tapi aku merubahnya menjadi... Jika Aku Jadi Jurnalis... Istilah jurnalistik baru ku kenal dengan baik beberapa tahun ini, tapi bidang ini sudah ku gemari hampir sedekade lalu. Boleh dibilang aku   korban   televisi. Sama seperti anak-anak lain kala itu yang selalu menunggu kartun di minggu pagi, tapi ada hal lain yang lebih menarik perhatianku dibalik tabung kaca itu. Ya, Ayah ku bukan penggemar drama, beliau lebih suka nonton berita. Berawal dari situlah ketertarikanku bermula. Melihat seorang Rosiana yang begitu mempesona di layar kaca, membuatku ingin menjadi seperti dirinya. Mempesona bukan karna elok rupanya, namun kharisma seorang wartawan yang dimi

Bertemu Keluarga Lama

"No! They are not my friend. They are my family" Hari ini, di 4 Juli 2016, ramadhan ke 29 aku kembali diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bertemu keluarga lama yang sudah lama tak bersua, hampir setahun lamanya. Keluarga seperjuangan masa SMK. Keluarga yang menamakan dirinya KOMDAN TEJAB akronim Komputer dan teknik jaringan B. Nama keren dari kelas kami kala STM. Hari ini kami berencana mengadakan buka bersama di rumah salah satu keluarga kami, Indri. Keramahan tuan rumah, adalah sebuah kebahagiaan bagi kami. Senang bisa bertemu keluarga lama, di rumah yang penuh canda tawa. Teman lama rasa baru. Seperti sebuah kutipan dalam sebuah buku yang sempat saya baca mengatakan bahwa kita menemui orang yang berbeda setiap bertemu. Orang selalu berubah setiap detik waktu berlalu, entah keriput yang mulai nampak pada raut wajah, berat badan yang naik satu ons, rambut kepala yang rontok satu helai dan sebagainya. Intinya setiap waktu, orang berubah. Sama seperti keluarga kami.