Skip to main content

Let Me Introduce Myself

This is my first post! yeay! Aku masih belajar menulis, siapa tahu sambil corat-coret di blog bisa tambah kemampuan nulis. Tak kenal maka tak sayang, so let me introduce myself. Ini CV Narrative ku yang pernah kupakai saat mengisi sebuah pelatihan tentang Produksi Siaran Televisi di kampus. Semoga menarik ya.



Pipit, begitulah ia kerap disapa. Perempuan kelahiran Kebumen 24 juni 1995 ini merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Perempuan bernama lengkap Fitri Chaeroni Sa’adah dibesarkan di tengah keluarga yang sederhana dan membuatnya memiliki keinginan besar untuk berhasil. Pipit menamatkan sekolah menengahnya di SMK Negeri 1 Gombong jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Perempuan penggemar kegiatan menantang ini sempat aktif di organisasi kepramukaan dan Debat Bahasa Inggris di sekolahnya dan juga bergabung dengan Satuan Karya (Saka) Wira Kartika dibawah bimbingan TNI Angkatan Darat.



Ketertarikan Pipit terhadap dunia broadcasting sudah muncul sejak dirinya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Rosianna Silalahi adalah tokoh yang menginspirasi perempuan penikmat kopi ini. Sosok Rosiana yang begitu hebat membuat Pipit kecil melihat boadcasting terutama jurnalisme televisi sebagai sebuah hal yang menarik dan menantang. Hal itu jugalah yang membuat penggemar olahraga futsal ini berkeinginan besar untuk bisa melanjutkan pendidikan tingginya di jurusan Ilmu Komunikasi. Beruntunglah atas kemauan kerasnya, perempuan penggemar Manchester United ini berhasil mendapatkan beasiswa untuk bisa menempuh jenjang perguruan tinggi di jurusan yang diimpikannya.



Berbekal kecintaan serta keinginannya untuk belajar lebih banyak di dunia broadcasting mendorongnya berkeinginan untuk bergabung di Untirta TV. Melalui beberapa tahap seleksi, akhirnya pada tahun 2013 perempuan yang kerap disapa Titi ini berhasil diterima menjadi crew di Untirta TV. Perkenalannya dengan dunia broadcasting yang sesungguhnya, mempertemukan perempuan berdarah Jawa ini dengan rekan barunya, ya! Ialah kamera. Perempuan yang gemar menonton drama ini memang lebih tertarik dengan dunia di balik layar, karna itulah ia memilih kamera sebagai rekan kerjanya. Pada awal masa kerjanya di Untirta TV dirinya kerap dipercaya menjadi camera person di beberapa program acara seperti MusiKlip, Bincang-Bincang Mahasiswa, dan beberapa liputan untuk program news.



Perempuan yang pernah dipercaya menjadi Program Director program Bincang-Bincang Mahasiswa ini lebih menyukai untuk bekerja di lapangan, berbagai liputan dan wawancarapun telah dilakoninya. Mulai dari mahasiswa, dosen, rektor Untirta bahkan seorang Anies Baswedan yang kini menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah-pun pernah diwawancarainya. Kini perempuan penggemar jus alpukat ini dipercaya untuk menjadi News Manager di Untirta TV.


“Boleh miskin harta, tapi jangan miskin mimpi” itulah pesan dari sang Ayah yang ia jadikan motto hidupnya. Titi kecil yang hidup dengan kesederhanaan memiliki impian yang begitu besar. Dengan kemauan kerasnya kini ia berjuang untuk mewujudkan impian besarnya.

Thanks for reading!

Comments

Popular posts from this blog

Susu Mama Muda VS Susu Kental Manis

Cerita ini akan saya awali dari perjalanan saya mudik pada 30 Agustus 2017. Saya menaiki kereta api Bengawan dari stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Gombong, Jawa Tengah. Bengawan itu kereta ekonomi, kursinya panjang-panjang yang bisa ditempati tiga orang, posisinya juga saling berhadapan. Jadi, interaksi antar penumpang boleh dibilang jadi cukup dekat selama perjalanan. Karena libur panjang banyak keluarga yang melakukan perjalanan pulang kampung di depan saya duduk Aysilla yang sudah SD dengan ibunya dan di sebelah saya ada Arjuna yang baru 10 bulan bersama kedua orang tuanya. Dari sinilah ide menulis perihal persusuan muncul. Tapi perlu diketahui saya bukan dokter anak, saya bukan mahasiswi kedokteran saya bukan ahli persusuan, saya cuma mahasiswa biasa yang lumayan tergelitik sama kisah persusuan ini. Kamu pasti tahu kan lagu anak-anak yang lirik awalnya berbunyi P ok Ame-Ame ? Nah pas saya gugling ternyata ada banyak versi dari lirik lagu ini, tapi pas saya kecil begi

Jika aku jadi Jurnalis...

Foto Ilustrasi by Pixabay Aku kuliah Ilmu Komunikasi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Salah satu mata kuliah yang harus ku tempuh di semester 4 ini adalah Jurnalistik Public Value. Keren ya namanya! Sebagai permulaan Ibu dosen beri tugas pada kami, menulis artikel tentang 'Jika aku jadi wartawan'. Tapi aku merubahnya menjadi... Jika Aku Jadi Jurnalis... Istilah jurnalistik baru ku kenal dengan baik beberapa tahun ini, tapi bidang ini sudah ku gemari hampir sedekade lalu. Boleh dibilang aku   korban   televisi. Sama seperti anak-anak lain kala itu yang selalu menunggu kartun di minggu pagi, tapi ada hal lain yang lebih menarik perhatianku dibalik tabung kaca itu. Ya, Ayah ku bukan penggemar drama, beliau lebih suka nonton berita. Berawal dari situlah ketertarikanku bermula. Melihat seorang Rosiana yang begitu mempesona di layar kaca, membuatku ingin menjadi seperti dirinya. Mempesona bukan karna elok rupanya, namun kharisma seorang wartawan yang dimi

Jurnalis Harus Narsis

Kelas Jurnalistik bersama Dosen Tamu Yuni Eko Sulisiono (Tengah, menggunakan kemeja putih) seorang wartawan senior yang pernah bekerja di berbagai media dan kini memilih menjadi konsultan media.  Jurnalis bukan pekerjan untuk eksis, tapi butuh narsis. Seperti yang dikatakan Yuni Eko Sulistiono atau yang kerap disapa Kang Obod, seorang jurnalis senior yang kini bekerja sebagai konsultan media. Dalam diskusi tentang jurnalistik pada Jumat 4 Desember 2015 lalu, Kang Obod banyak bercerita mengenai pengalamannya menjadi seorang jurnalis di lapangan, dan muncullah kalimat ini ‘jurnalis harus narsis’. Saya memaknai ‘narsis’ bukan perkara eksistensi sang jurnalis, tapi memenuhi prinsip people right to know bahwa setiap orang berhak tahu, setiap orang harus tahu. Pekerjaan jurnalistik adalah pekerjaan mencari, mengumpulkan, mengolah, lalu meyampaikan informasi kepada publik melalui media massa. Dalam proses ini banyak yang harus dilakukan oleh jurnalis, pengorbanan dan dedi