Skip to main content

Cerdas Memilih Sumber Informasi Kesehatan

Foto Ilustrasi by Pixabay



“Indonesia Cinta Sehat : Generasi Sehat Siap Membangun Negeri” itulah tema yang diusung dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-51 pada 12 November 2015.

Berbagai cara daat dilakukan untuk mewujudkan keinginan tersebut, seperti kampanye dan sosialisasi pentingnya kesehatan. Salah satu penguatan cinta kesehatan dapat dilakukan melalui media massa, banyak bermunculan acara maupun iklan kesehatan hadir di masyarakat melalui media massa. Tapi sudahkah media massa menjadikan kesehatan prioritas utama? Atau lagi-lagi hanya kepentingan pemilik modal semata?

Banyak program kesehatan yang menawarkan pengobatan-pengobatan bersifat modern, tradisional, dan juga kombinasi keduanya. Seperti yang muncul di tvOne dan ANTV, Pengobatan Tramedica yang mengangkat nama Ratu Givana sebagai ikon, dan mentasbihkan dirinya sebagai Queen Of Medical Cancer. Selain itu sempat ada pula program ernama Bioin yang mengudara di layar kaca tvOne, Bioin yang juga nama sebuah tempat pengobatan yang dimiliki oleh Johan Zhou, yang mengklaim dirinya sebagai The King Of Herbal. Entah dari mana para ikon acara ini mendapat gelar-gelar semacam itu, mereka hadir dengan klaim tanpa sumber yang jelas. Dan pastinya membohongi publik.

Program semacam ini layaknya mematahkan kedokteran modern. Mereka menggunakan metode yang hampir sama, dengan penggabungan metode pengobatan modern dan tradisional. Tramedika mengklaim dirinya dengan pengobatan yang langsung membunuh sel kanker dan standar internasional, dan Bioin mengklaim dapat menyembuhkan HIV dalam 15 hari yang bahkan dalam kedokteran modern belum ditemukan obatnya. Hal-hal tersebut tidak dibenarkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1787/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan yang melarang mempublikasikan metode, obat, alat dan/atau teknologi pelayanan kesehatan baru atau non-konvensional yang belum diterima oleh masyarakat kedokteran dan/atau kesehatan karena manfaat dan keamanannya sesuai ketentuaan masing-masing masih diragukan atau belum terbukti. Selain itu dalam Peraturan Menteri Pasal 5 juga disebutkan bahwa dilarang memuat informasi yang menyiratkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dapat memperoleh keuntungan dari pelayanan kesehatan yang tidak dapat dilaksanakan oleh pelayanan kesehatan lainnya atau menciptakan pengharapan yang tidak tepat dari pelayanan kesehatan yang diberikan.

Tak jarang program semacam ini juga turut menghadirkan tokoh lainlayaknya pasien yang membuat testimoni atau pengakuan terkait pelayanan kesehatan dari klinik pengobatan tersebut, tujuannya jelas untuk meyakinkan para calon pasiennya. Namun, bagaimana kebenaran dari testimoni yang diberikan? Hal semacam ini juga melanggar peraturan dari pasal yang sama yaitu dilarang adanya testimoni dalm bentuk iklan atau publikasi di media massa. Selain itu ada pula cara semacam talkshow kesehatan ang didalamnya kerap disusupi iklan-iklan terselubung. Seperti hadirnya produk ekstrak kulit manggis maupun suplemen kesehatan lainnya di program Dr.Oz Indonesia. Bagi masyarakat umum bisa menimbulkan kebingungan apakah konten ini merupakan informasi kesehatan atau iklan. Tidak ada yang batasan jelas dari program ini apakah ini iklan atau konten dari program.



Sebagai pemirsa apa yang harus kita lakukan? Yang jelas kita harus lebih cerdas dalam memilih sumber informasi kesehatan. Berkonsultasi langsung pada praktisi kesehatan di lembaga resmi seperti rumah sakit akan lebih baik. Jaman sudah modern, jangan lagi percaya pada kata-kata manis para penjual harapan dari klinik kesehatan yang tidak rasional. Jangan mengambil dan menyerap mentah-mentah informasi yang diberikan, coba cari sumber lain seperti internet, buku, atau konsultasi langsung ke dokter bersangkutan. Jika dalam sebuah program kita menemukan nama produk kesehatan, bisa dipastikan itu merupakan kebutuhan jualan, jangan termakan iklan. Konsumen harus lebih cerdas meilih sumber informasi, apalagi kesehatan. Kesehatan bukan barang dagangan.

Comments

Popular posts from this blog

Susu Mama Muda VS Susu Kental Manis

Cerita ini akan saya awali dari perjalanan saya mudik pada 30 Agustus 2017. Saya menaiki kereta api Bengawan dari stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Gombong, Jawa Tengah. Bengawan itu kereta ekonomi, kursinya panjang-panjang yang bisa ditempati tiga orang, posisinya juga saling berhadapan. Jadi, interaksi antar penumpang boleh dibilang jadi cukup dekat selama perjalanan. Karena libur panjang banyak keluarga yang melakukan perjalanan pulang kampung di depan saya duduk Aysilla yang sudah SD dengan ibunya dan di sebelah saya ada Arjuna yang baru 10 bulan bersama kedua orang tuanya. Dari sinilah ide menulis perihal persusuan muncul. Tapi perlu diketahui saya bukan dokter anak, saya bukan mahasiswi kedokteran saya bukan ahli persusuan, saya cuma mahasiswa biasa yang lumayan tergelitik sama kisah persusuan ini. Kamu pasti tahu kan lagu anak-anak yang lirik awalnya berbunyi P ok Ame-Ame ? Nah pas saya gugling ternyata ada banyak versi dari lirik lagu ini, tapi pas saya kecil begi

Jika aku jadi Jurnalis...

Foto Ilustrasi by Pixabay Aku kuliah Ilmu Komunikasi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Salah satu mata kuliah yang harus ku tempuh di semester 4 ini adalah Jurnalistik Public Value. Keren ya namanya! Sebagai permulaan Ibu dosen beri tugas pada kami, menulis artikel tentang 'Jika aku jadi wartawan'. Tapi aku merubahnya menjadi... Jika Aku Jadi Jurnalis... Istilah jurnalistik baru ku kenal dengan baik beberapa tahun ini, tapi bidang ini sudah ku gemari hampir sedekade lalu. Boleh dibilang aku   korban   televisi. Sama seperti anak-anak lain kala itu yang selalu menunggu kartun di minggu pagi, tapi ada hal lain yang lebih menarik perhatianku dibalik tabung kaca itu. Ya, Ayah ku bukan penggemar drama, beliau lebih suka nonton berita. Berawal dari situlah ketertarikanku bermula. Melihat seorang Rosiana yang begitu mempesona di layar kaca, membuatku ingin menjadi seperti dirinya. Mempesona bukan karna elok rupanya, namun kharisma seorang wartawan yang dimi

Jurnalis Harus Narsis

Kelas Jurnalistik bersama Dosen Tamu Yuni Eko Sulisiono (Tengah, menggunakan kemeja putih) seorang wartawan senior yang pernah bekerja di berbagai media dan kini memilih menjadi konsultan media.  Jurnalis bukan pekerjan untuk eksis, tapi butuh narsis. Seperti yang dikatakan Yuni Eko Sulistiono atau yang kerap disapa Kang Obod, seorang jurnalis senior yang kini bekerja sebagai konsultan media. Dalam diskusi tentang jurnalistik pada Jumat 4 Desember 2015 lalu, Kang Obod banyak bercerita mengenai pengalamannya menjadi seorang jurnalis di lapangan, dan muncullah kalimat ini ‘jurnalis harus narsis’. Saya memaknai ‘narsis’ bukan perkara eksistensi sang jurnalis, tapi memenuhi prinsip people right to know bahwa setiap orang berhak tahu, setiap orang harus tahu. Pekerjaan jurnalistik adalah pekerjaan mencari, mengumpulkan, mengolah, lalu meyampaikan informasi kepada publik melalui media massa. Dalam proses ini banyak yang harus dilakukan oleh jurnalis, pengorbanan dan dedi