Skip to main content

Mengenal Abdul, Duta Mahasiswa GenRe Banten 2014

Siapa tokoh inspiratif dalam hidup Anda? Apakah itu keluarga Anda? Teman Anda? Atau tokoh terkenal? Sosok inspiratif bisa siapa saja dan dari kalangan apa saja. Sosok-sosok inspiratif inilah yang memberi warna dalam berkehidupan. Seakan memberi setitik pencerahan bagi makhluk lain ciptaan Tuhan. Kehadiran mereka memberikan efek bagi kita yang hidup disekitarnya, belajar tentang hal baru, mendapat motivasi baru bahkan melihat dunia yang sama sekali tak pernah kita tahu. Seperti salah satu sosok yang boleh dibilang terkenal dikalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Abdul, begitu ia kerap disapa. Pria bernama lengkap Abdul Nashir ini merupakan mahasiswa aktif jurusan Ilmu komunikasi FISIP UNTIRTA. Sudah 3 tahun dirinya mengenyam pendidikan tinggi dan mendalami dunia public relations. Sosoknya dikenal ramah dan mudah berkawan, tak pelak hal itu membuatnya mudah dikenal diantara kawan sebayanya maupun mahasiswa lain yang berbeda semester dengannya. Partisipasinya dalam berbagai organisasi jugalah yang membuat jaringan pertemanannya semakin luas, berbagai organisasi diikuti oleh pria yang hobi menyanyi ini.
Pria kelahiran Sukabumi, 10 September 1992 ini sudah mulai berorganisasi saat dirinya masih duduk di sekolah menengah pertama dan berlanjut saat dirinya menginjak bangku sekolah lanutan tingkat atas. Abdul aktif di organisasi OSIS di sekolanhnya, berbagai posisi sudah dilakoninya dari seksi hingga pemimpin tertinggi. Hal ini cukup membuktikan bagaimana kemampuan memimpin yang dimiliki oleh seorang pegiat penyuluhan ini. Bahkan pada tahun 2011, dirinya menyabet gelar Duta Anti HIV/AIDS dan Narkoba di tanah kelahirannya itu. Hal itu juga lah yang nantinya mengantarkan Abdul saat ini.

Memasuki bangku kuliah pria yang gemar membaca ini tak berhenti hanya belajar perkara materi kuliah. Abdul juga ikut terlibat dalam organisasi, Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan juga Forum Silaturrahim Mahasiswa Islam FISIP. Aktif dalam organisasi tak membuat prestasi akademiknya terganggu, IPK dengan poin 4 berhasil diraihnya di semester pertama.

Pada tahun 2014 lalu, pria yang bercita-cita menjadi presenter ini kembali mengukir prestasi, gelar Duta Mahasiswa GenRe Tingkat Provinsi Banten berhasil diraihnya. Program ini dibuat oleh BKKBN yang bertujuan untuk membentuk para remaja agar cerdas dalam merencanakan 3P (Pendidikan, Pekerjaan, Pernikahan) dan juga menghindarkan remaja dari resiko TRIAD KRR diantaranya seksualitas, NAPZA, dan HIV/AIDS. Kegemarannya melakukan penyuluhan membuatnya berpartisipasi dalam program ini. Selain itu kegiatannya saat di bangku sekolang menengah atas sebagai Duta Anti HIV/AIDS Sukabumi jugalah yang mendorongnya untuk kembali berkecimpung di bidang ini. Karna banyak kesamaan yang ia temukan dalam program ini dengan programnya dulu membuat pria pemilik akun twitter @ABabduul ini semakin antusias menapaki gelarnya sebagai Duta Mahasiswa GenRe Provinsi Banten 2014. Selain tingkat provinsi, Abdul juga dipercaya mewakili Banten di Pemilihan Duta Mahasiswa GenRe Tingkat Nasional di tahun yang sama.

Kegiatannya berorganisasi tak pernah dikeluhkan keluarga, Abdul selalu didukung dalam segala kegiaatannya. Dan dukungan itu tak hanya didapatnya dari keluarga, namun juga dari kawan-kawan dekatnya. Padatnya kegiatan sebagai Duta membuat Abdul kerap kali harus absen dari kegiatan kuliahnya. Tak jarang dirinya harus tertinggal dalam perkuliahan, beruntunglah Abdul memliliki kawan-kawan yang peduli dan mendukunynya dalam kegiatannya sebagai Duta. Kawan-kawannya membantu untuk Abdul agar tak tertinggal dengan membantunya dalam belajar. Kesibukan kegiatannya di luar perkuliahan cukup membuat prestasi ademiknya menurun, IPK semulanya yang 3,9 kini menjadi 3,6. Setiap pilihan pasti mendatangkan konsekuensi, dan seseorang tak bisa hanya dinilai dari satu aspek baik akademik maupun non-akademik begitulah kira-kira yang digambarkan Abdul. Dirinya mengakui bahwa terdaapt penurunan pada nilai akademiknya tapi bukan berarti kegiatan di luar perkuliahannya adalah hal yang mengganggu.

Pria yang juga hobi menulis ini mengaku tak memiliki tokoh khusus yang menginspirasinya. Tapi Abdul sangat meneladasi sosok Nabi Muhammad SAW dalam menjalani tugas Duta-nya. Sifat Nabi seperti tabligh (menyampaikan), amanah (dipercaya), sidiq (benar), dan fathnahah (cerdas) selalu ia terapkan dalam melakoni gelarnya sebagai Duta.

Hidup Hebat, Harus! Itulah motto hidup pria yang berkeinginan menjadi motivator ini. Menurutnya semua orang sudah hidup jadi tidak ada yang spesial jika hanya hidup, jadi harus menjasi seorang yang hebat.

Jejaknya kini banyak diikuti oleh adik-adiknya di jurusan Ilmu Komunikasi. Jumlah pendaftar Duta Mahasiswa GenRe tahun 2015 tingkat Universitas dari jurusan Ilmu komunikasi meningkat menjadi 7 (tujuh) peserta, berbeda dari tahun sebelumnya yang hanya diikuti oleh Abdul sendiri. Berkat Abdul jugalah dalam menularkan semangat positif kepada adik-adiknya untuk turut berpartisipasi dalam ajang ini.

Semoga semakin banyak sosok-sosok berprestasi yang menginspirasi bermunculan di negeri ini. Kita membutuhkan Abdul-Abdul lain untuk terus menyebarkan semangat positif dan membangun peradaban yang lebih baik.

Comments

Popular posts from this blog

Susu Mama Muda VS Susu Kental Manis

Cerita ini akan saya awali dari perjalanan saya mudik pada 30 Agustus 2017. Saya menaiki kereta api Bengawan dari stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Gombong, Jawa Tengah. Bengawan itu kereta ekonomi, kursinya panjang-panjang yang bisa ditempati tiga orang, posisinya juga saling berhadapan. Jadi, interaksi antar penumpang boleh dibilang jadi cukup dekat selama perjalanan. Karena libur panjang banyak keluarga yang melakukan perjalanan pulang kampung di depan saya duduk Aysilla yang sudah SD dengan ibunya dan di sebelah saya ada Arjuna yang baru 10 bulan bersama kedua orang tuanya. Dari sinilah ide menulis perihal persusuan muncul. Tapi perlu diketahui saya bukan dokter anak, saya bukan mahasiswi kedokteran saya bukan ahli persusuan, saya cuma mahasiswa biasa yang lumayan tergelitik sama kisah persusuan ini. Kamu pasti tahu kan lagu anak-anak yang lirik awalnya berbunyi P ok Ame-Ame ? Nah pas saya gugling ternyata ada banyak versi dari lirik lagu ini, tapi pas saya kecil begi

Jika aku jadi Jurnalis...

Foto Ilustrasi by Pixabay Aku kuliah Ilmu Komunikasi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Salah satu mata kuliah yang harus ku tempuh di semester 4 ini adalah Jurnalistik Public Value. Keren ya namanya! Sebagai permulaan Ibu dosen beri tugas pada kami, menulis artikel tentang 'Jika aku jadi wartawan'. Tapi aku merubahnya menjadi... Jika Aku Jadi Jurnalis... Istilah jurnalistik baru ku kenal dengan baik beberapa tahun ini, tapi bidang ini sudah ku gemari hampir sedekade lalu. Boleh dibilang aku   korban   televisi. Sama seperti anak-anak lain kala itu yang selalu menunggu kartun di minggu pagi, tapi ada hal lain yang lebih menarik perhatianku dibalik tabung kaca itu. Ya, Ayah ku bukan penggemar drama, beliau lebih suka nonton berita. Berawal dari situlah ketertarikanku bermula. Melihat seorang Rosiana yang begitu mempesona di layar kaca, membuatku ingin menjadi seperti dirinya. Mempesona bukan karna elok rupanya, namun kharisma seorang wartawan yang dimi

Jurnalis Harus Narsis

Kelas Jurnalistik bersama Dosen Tamu Yuni Eko Sulisiono (Tengah, menggunakan kemeja putih) seorang wartawan senior yang pernah bekerja di berbagai media dan kini memilih menjadi konsultan media.  Jurnalis bukan pekerjan untuk eksis, tapi butuh narsis. Seperti yang dikatakan Yuni Eko Sulistiono atau yang kerap disapa Kang Obod, seorang jurnalis senior yang kini bekerja sebagai konsultan media. Dalam diskusi tentang jurnalistik pada Jumat 4 Desember 2015 lalu, Kang Obod banyak bercerita mengenai pengalamannya menjadi seorang jurnalis di lapangan, dan muncullah kalimat ini ‘jurnalis harus narsis’. Saya memaknai ‘narsis’ bukan perkara eksistensi sang jurnalis, tapi memenuhi prinsip people right to know bahwa setiap orang berhak tahu, setiap orang harus tahu. Pekerjaan jurnalistik adalah pekerjaan mencari, mengumpulkan, mengolah, lalu meyampaikan informasi kepada publik melalui media massa. Dalam proses ini banyak yang harus dilakukan oleh jurnalis, pengorbanan dan dedi