Ami, begitulah ia kerap dipanggil.
Mahasiswi kelahiran Sukabumi ini merupakan salah satu penerima Beasiswa
Bidikmisi dari Dirjen Pendidikan Tinggi, bagi anak-anak berprestasi namun
berhalangan biaya edukasi. Kini ia menempuh semester 5 (lima) Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Ia kini
mencoba merengkuh asanya menjadi seorang pengajar sekolah dasar dengan tidak
memberatkan kedua orang tua, Ayahnya bekerja sebagai tukang potong rambut
sedangkan Ibunya membuka warung kecil-kecilan di rumahnya. Hasilnya dibagi
untuk menghidupi seluruh keluarganya. Masuk perguruan tinggi tak murah
biayanya, namun keterbatasan yang dialami anak ketiga dari empat bersaudara ini
tidak membuatnya berhenti untuk berusaha. Belajarlah ia untuk berwirausaha.
Wirausaha tak lagi asing bagi perempuan
berdarah Sunda ini, hal terkait jual beli sudah dikenalnya sejak masa sekolah
menengah. Dari mata pelajaran kewirausaaan ia belajar prinsip berjualan.
Bermodal uang jajan dua puluh ribu sehari yang diberikan orang tuanya, Ami
mulai mengatur strategi agar terpenuhinya segala kebutuhan sekolahnya. Uang
jajan, SPP sekolah, berbelanja pakaian, harus ia atur sendiri dari uang 20 ribu
yang didapatnya setiap hari. Dicobalah mencari keuntungan dengan berjualan.
Diawali dengan menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari yang didapatnya
dari minimarket sekolah kepada para kawan hingga tetangga perumahan. Pulsa tak
lepasnya untuk ia jual diantara teman. Dari keuntungannya itu ia memenuhi
kebutuhannya sendiri, tanpa terus menerus meminta pada orang tua, berjualan
telah menjadi kegemarannya. Dengan hasil berjualan masa SMK, perempuan
kelahiran 24 November 1994 ini berhasil mengumpulkan dua juta rupiah di
tabungan pribadinya. Karna keterbatasan biaya yang dialami Ayahnya, dengan
terpaksa digunakannya uang itu untuk mengurus registrasinya di Untirta.
Kegemaran berwirausaha peremuan bernama
lengkap Rahmi Rahmawati ini tak berhenti saat ia menamatkan sekolah menangah,
berjualan pulsa tetap ditekuninya. Pada semester 1 ia ditawarinya untuk
berjualan online sebagai reseller, namun belum dilakoninya. Baru
saat semester tiga ia mulai tertarik untuk ikut berjualan online, bermula dari ketertarikannya dengan sebuah blazer di toko online. Dari sana ia mulai mencari informasi pada kawannya yang
telah terlebih dahulu berjualan online, mulailah
ia berjualan online sebagai reseller pada toko online yang sama dengan temannya.
Pada awalnya tak banyak pembeli, dalam satu minggu hanya satu hingga dua
pembeli yang didapatnya. Karna hal itu ia mulai mencari toko online lain untuk menjadi reseller, dan pada semester empat
mulailah dia menjadi reseller dengan
namanya sendiri, RAI Collection. Dari toko barunya ini, ia berhasil mendapat
banyak order dari pembeli, hampir setiap hari ada saja order yang masuk. Namun
ada juga calon pembeli yang kerap menyebalkan, dengan berjanji akan mentransfer
biaya beli namun tak kunjung terpenuhi. Dari hasil berjualannya ini, selain
untuk memenuhi kebutuhan pribadinya Ami juga memiliki sebuah impian terpuji
yaitu memberangkatkan kedua orang untuk umroh ke tanah suci.
Anak perempuan satu-satunya di keluarga
ini, juga aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa LDK Baabussalam. Dirinya kerap kali
kerepotan ketika memiliki banyak tugas dan juga kebanjiran order dari pembeli,
hal itu ia siasati dengan mengerjakan tugas bersama teman sambil tetap
berjualan. Dengan kisah Ami, kita bisa belajar, untuk tidak selalu berpangku
tangan pada kedua orang tua. Dan selalu ada jalan bagi siapapun yang mau
berjuang.
Comments
Post a Comment